MENGGUNAKAN DAN MERAWAT PERALATAN PERBAIKAN
SISTEM KELISTRIKAN
Untuk Sekolah Menengah Kejuruan
Bidang Keahlian : Teknik Mesin
Program Keahlian : Teknik Mekanik
Otomotif
Berdasarkan Kurikulum SMK yang
Disempurnakan
(Kurikulum SMK Edisi 1999)
|
|
|
|
Penyusun
:
Mohammad Husni,
Spd
Editor :
Sasongko Leksono
A.P, ST
DIREKTORAT JENDERAL
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU TEKNOLOGI
VOCATIONAL EDUCATION DEVELOPMENT CENTER
JL.
Teluk Mandar, Arjosari, Tromol Pos 5 Malang, 65102, Telp. (0341) 491239, Fax.
(0341) 491342
KATA PENGANTAR
Modul
ini diterbitkan untuk menjadi bahan ajar pada SMK Bidang Keahlian Teknik Mesin,
memenuhi tuntutan pelaksanaan Kurikulum SMK yang disempurnakan (Kurikulum SMK
edisi 1999).
Nilai kegunaan modul ini
terletak pada pemakaianya, karena itu kepada semua organisasi dan manajemen
Pendidikan Menengah Kejuruan diharapkan dapat berusaha untuk mengoptimalkan
pemakaian modul ini.
Dalam
pemakaian modul ini, tetap diharapkan berpegang kepada azas keluwesan, azas
kesesuaian dan azas keterlaksanaan sesuai dengan karakteristik kurikulum SMK
yang disempurnakan.
Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah berperan dalam penulisan naskah bahan ajar ini.
Jakarta,
Agustus 2000
Direktur
Pendidikan
Menengah Kejuruan
Dr.
Ir. Gatot Hari Priowiryanto
NIP
130675814
PROFIL KOMPETENSI TAMATAN
PROGRAM KEAHLIAN MEKANIK OTOMOTIF
J
Memeperbaiki
kerusakan pada sistem kelistrikan otomotif
|
|
J1.
Menggunakan
dan merawat peralatan
perbaikan
sistem kelistrikan otomotif
|
|
J2.
Memperbaiki
kerusakan pada sistem motor stater
|
|
J3.
Memperbaiki
kerusakan pada sistem pengisian baterai
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
J4.
Memperbaiki
kerusakan pada sistem pengapian konvensional
|
|
J5.
Memperbaiki
kerusakan pada sistem penerangan dan tanda belok
|
|
J6.
Memperbaiki
kerusakan pada sistem pembersih kaca
|
DAFTAR ISI
JUDUL MODUL
Kata
pengantar........................................................................................................ i
Struktur
Profil Kompetensi Tamatan................................................................... ii
Daftar
Isi................................................................................................................... iii
Pendahuluan.......................................................................................................... iv
Tujuan
umum pembelajaran................................................................................. v
Petunjuk
penggunaan modul.............................................................................. vi
Kegiatan
Belajar 1, Menggunakan serta merawat kabel penghubung dan
lampu
test................................................................................................................. 1
Lembar
Ealuasi....................................................................................................... 6
Lembar
Jawaban ................................................................................................... 7
Kegiatan
Belajar 2, Menggunakan dan merawat multi tester ........................ 8
Lembar
Percobaan / Latihan
Mengukur
tegangan............................................................................................... 25
Pengukuran
arus ................................................................................................... 26
Pengukuran
tahanan ........................................................................................... 27
Lembar
Evaluasi..................................................................................................... 28
Lembar
Jawaban Percobaan................................................................................ 30
Lembar
Jawaban Evaluasi ................................................................................... 33
Kegiatan
Belajar 3, Menggunakan Dwell meter dan Tachometer serta
cara
merawatnya .................................................................................................... 36
Lembar
Evaluasi .................................................................................................... 44
Lembar
Jawaban ................................................................................................... 46
Kegiatan
Belajar 4, Menggunakan dan merawat Timing light ....................... 48
Lembar
Evaluasi .................................................................................................... 54
Lembar
Jawaban ................................................................................................... 56
Umpan
Balik............................................................................................................ 58
Daftar
Pustaka......................................................................................................... 59
PENDAHULUAN
Dalam
melakukan pekerjaan perbaikan kendaraan, ada beberapa pekerjaan yang dapat
dilakukan dengan mudah dan ada yang sukar. Pada umumnya untuk pertama kali agak
kesulitan dalam melakukan perbaikan pada sistem kelistrikan,karena semua
peralatan pada system tersebut digerakkan oleh listrik yang tidak dapat dilihat
dengan mata manusia. Maka perlu menggunakan alat bantu untuk perbaikannya.
Alat bantu perbaikan system kelistrikan dapat dikelompokkan
dalam dua kelompok :
1.
Alat untuk mendiaknosa (mendeteksi).
2.
Alat untuk menservise
Alat tersebut kebanyakan memerlukan
sumber listrik dalam pengoperasiannya Dalam modul ini akan dibahas beberapa
alat deteksi kerusakan yaitu : kabel penghubung (jumper wire), lampu test (test
lamp), AVO (Amper meter, Volt meter, Ohm meter), dwell tester, dan Timing
light.
Dalam pelaksanaanya seorang mekanik dituntut untuk dapat
menggunakan alat bantu tersebut diatas dengan benar, karena bila salah dalam
menggunakannya tidak hanya keliru dalam pengukuran tetapi bisa berakibat fatal
pada alat bantu tersebut (rusak).
Dalam
modul ini akan dibahas tentang cara menggunakan alat bantu perbaikan sistem
kelistrikan dan teknik perawatannya. Dimana alat tersebut harus selalu siap
pakai untuk pekerjaan yang akan datang, maka perawatan pada alat harus selalu
dilakukan oleh seorang mekanik.
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
Setelah selesai mempelajari serta mempraktekkan modul ini
diharapkan siswa / pembaca dapat :
1
Menggunakan peralatan perbaikan Sistem
Kelistrikan.
2
Merawat peralatan perbaikan Sistem
Kelistrikan.
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Modul
dengan judul “Menggunakan dan Merawat Peralatan Perbaikan Sistem Kelistrikan”
ini di buat untuk digunakan bagi siswa SMK jurusan Mekanik Otomotif.
Proses pembelajaran dalam modul
ini, kita bagi dalam beberapa kegiatan belajar. Mulai kegiatan belajar 1,
kegiatan belajar 2, dan seterusnya.
Kegiatan
belajar bisa dimulai dari kegiatan belajar 1 dan seterusnya, tetapi bisa juga
sesuai kebutuhan, bagian kegiatan belajar mana yang diinginkan (lebih
fleksibel). Untuk mempermudah proses pembelajaran, maka dalam proses belajar
sebaiknya digunakan benda asli (peraga). Karena pembahasan modul ini banyak
yang bersifat abstrak, maka percobaan (Demonstrasi) dalam penyampaian materi
adalah sangat cocok.
Pembahasan dalam modul ini
bersifat teori dan masih dasar, maka diharapkan untuk kelanjutannya (praktek)
bisa bergabung dengan modul-modul lain yang ada hubungannya dengan modul ini.
KEGIATAN BELAJAR 1
MENGGUNAKAN
SERTA MERAWAT KABEL PENGHUBUNG (JUMPER WIRE)
DAN
LAMPU TEST (TEST LIGHT)
Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah
selesai mempelajari modul kegiatan belajar 1 ini diharapkan siswa / pengguna
dapat :
-
Mempergunakan kabel penghubung untuk
mendiaknosa kerusakan pada salah satu sistem kelistrikan.
-
Mempergunakan test lamp untuk
mendiaknosa suatu sambungan.
-
Mengerti prinsip-prinsip perawatan
jumper wire dan test light.
Uraian Materi
2.1 Kabel Penghubung (jumper
wire)
Salah satu alat deteksi dalam
perbaikan Sistem Kelistrikan suatu kendaraan yang sangat sederhana dan juga
sangat penting adalah kabel penghubung (jumper wire). Kabel penghubung dibuat
dari kabel dengan beberapa ukuran panjang pendeknya, dimana kedua ujung kabel
dipasang penjepit (jepit buaya) .
|
Gambar 1.1 jumper wire.
2.1.1
Cara Penggunaan
Sambungkanlah
salah satu ujung kabel pada kutub positif baterai dan anda mempunyai sumber
listrik sebesar 12 Volt. Gunakan untuk bola lampu, Motor atau alat-alat yang
memerlukan tenaga sebesar 12 V.
|
Gambar 1.2 Pengetesan
bola lampu
Prinsip
kerja dari kabel penghubung, adalah sama dengan pemberian arus secara langsung
lewat kabel penghubung tersebut atau menyambung secara langsung jalur diantara
kedua ujung jepit buaya pada kabel penghubung.
Bila
suatu sirkuit sistem kelisrtrikan mati atau ada gangguan, sebagai contoh lampu
pada sistem tersebut mati. Kita bisa menggunakan kabel penghubung untuk mencari
kerusakan pada sistem tersebut.
Lakukanlah
pemeriksaan dengan kabel penghubung seperti gambar 1.3 kita akan mendapatkan
lampu menyala bila ada gangguan pada komponen sekring atau saklar.
Gambar
1.3 Pengetesan suatu sambungan.
Untuk
lebih detailnya anda bisa melakukan pemeriksaan
perkomponen (fuse dan saklar).
Teknik
yang serupa bisa anda lakukan pada Sistem Kelistrikan jenis yang lain. Misal
Sistem Starter, sistem penerangan sistem pengisian dan sistem kelistrikan lain.
2.1.2
Perawatan Kabel Penghubung.
*
Perlu diperhatikan dalam proses
penghubungan, bila salah satu ujung kabel penghubung sudah menempel pada
terminal (+) jangan menjatuhkan ujung kabel penghubung yang lain.
Karena semua tempat yang kamu
sentuh pada mesin atau body adalah merupakan Ground kutub (-) baterai.
Percikan
/ bunga api besar dan arus listrik yang tinggi akan timbul, yang dapat membakar
kabel penghubung.
*
Perhatikan ujung kabel yang menempel
pada jepit buaya, biasanya suka longgar atau lepas solderannya.
2.2.Lampu tes (test light)
Lampu
tes digunakan sebagai alat pemeriksa tegangan yang digunakan pada komponen.
Lampu tes dibuat dari tes pen untuk tegangan PLN, dimana bagian lampu diganti
dengan lampu sofiet interior mobil. Pangkalan dari pada tes pen disambung kabel
dengan ujung diberi jepit buaya.
2.2.1 Nama bagian dari lampu tes
|
Keterangan.
1
test probe.
2
Pegas penghantar.
3
Bola lampu sofiet 12V / 3 Walt.
4
Kabel penghantar.
5
Jepit buaya
|
Gambar
1.4 Lampu Tes.
2.2.2 Cara penggunaan.
Lampu
tes disambung diantara beberapa jalur kabel atau terminal dan body pada saat
saklar rangkaian dalam keadaan ON. Terang atau tidaknya nyala lampu, indikator
secara kasar menunjukkan tegangan yang digunakan pada rangkaian tersebut.
Gambar
1.5 Pengetesan sambungan dengan lampu
tes
|
Pasang jepit buaya pada massa (-) dan anda siap mendeteksi
suatu sambungan pada sirkuit kelistrikan tersebut, dan anda akan dapat
menentukan kondisi suatu sirkuit dengan melihat nyala lampu.
|
Gambar
1.6 Pengetesan hubungan singkat dengan
lampu tes
|
Lampu
tes bisa juga digunakan untuk mencari hubungan singkat pada ground,
sebelumnya beban dilepas dari hubungan lalu letakkan lampu test seperti
gambar. Bila lampu test menyala, indikator adanya hubungan singkat.
|
Masih
banyak lagi kegunaan lampu test, cobalah terus maka akan ditemukan
kreasi-kreasi baru yang sangat menarik.
Nah
selamat mencoba.
2.2.3
Perawatan lampu test.
*
Jangan menggulung kabel lampu test yang
bisa merusak atau memutuskan dalamnya kabel atau solderannya.
*
Perhatikan tegangan pada lampu test
harus sama dengan tegangan sumber baterai.
*
Bila lampu test mati, periksa apakah
bola lampu sofiet di dalam lampu test putus, atau ada sambungan kabel yang
kurang baik (perbaiki).
Lembar
latihan / Evaluasi.
1)
Dalam suatu sistem penerangan (lampu
kepala), terdapat gangguan (lampu di rasakan redup ). Bagaimana cara
pemeriksaan dengan kabel penghubung?
2)
Lakukan pemeriksaan pada sistem klakson
dibawah dengan lampu test bila klakson tidak bunyi.
Lembar
jawaban.
1)
Nyalakan
salah satu lampu kepala (dekat, jauh), lalu putus hubung kabel penghubung. Bila
ada perubahan nyala lampu berarti pada jalur + ke lampu kepala terdapat rugi
tegangan terlalu besar, yang membuat lampu jadi redup.
2)
Letakkan jepit buaya pada massa, lalu
test pada bagian negatif klakson. Bila lampu nyala kerusakan pada tombol, dan
bila lampu mati, berarti kerusakan pada klakson atau sekring.
KEGIATAN BELAJAR 2.
MENGGUNAKAN DAN MERAWAT MULTI
TESTER
(AMPER METER, VOLT METER, DAN OHM
METER)
Tujuan khusus pembelajaran.
Setelah
selesai mempelajari modul kegiatan belajar 2 ini diharapkan siswa / pembaca
dapat :
·
Mempergunakan Multi tester untuk
mengukur tegangan DC / searah.
·
Mempergunakan Multi tester untuk
mengukur tegangan AC / bolak-balik.
·
Mempergunakan Multi tester untuk
mengukur arus DC / searah.
·
Mempergunakan Multi tester untuk
mengukur tahanan.
·
Mempergunakan Multi tester untuk
memeriksa sambungan.
·
Mengerti teknik-teknik perawatan.multi
tester.
Uraian Materi.
Multi
tester (AVO) adalah salah satu alat untuk mengetes kelistrikan.
Penggunaannya
sangat luas sekali, untuk mengukur tegangan baik DC maupun AC, pengukuran arus,
tahanan dan untuk memeriksa hubungan kelistrikan dari suatu komponen.
Pada
dasarnya ada 2 jenis Multi tester, tester model digital dimana penunjukkan
hasil pengukurannya langsung dengan angka-angka, dan tester model jarum (jarum
analog) hasil pengukuran ditunjukkan oleh sebuah jarum.
Pada modul ini hanya akan dibahas mengenai Multi tester
model Analog.
Multi
tester analog banyak macamnya dipasaran, tetapi prinsip pengoperasiannya hampir
sama semua. Maka disini kita ambil satu contoh merk sanwa type YX 360 TRE.
Gambar
2.1 Multi Meter Analoq
|
Gambar 2.2 Multi
Meter Digital
|
Nama bagian-bagian Multi tester
|
Gambar 2.3 Nama
bagian Multi Tester
2.2 Pemeriksaan dan penyetelan skala nol (0).
Sebelum
menggunakan sirkuit tester anda harus pastikan bahwa jarum penunjuk ada
dibagian garis ujung sebelah kiri pada skala, bila tidak.
Putarlah
skrup penyetel jarum penunjuk dengan sebuah obeng sampai penunjuk tersebut
berada tepat pada garis ujung sebelah kiri.
Sekali
anda melakukan penyetelan pada skala nol (0), anda tidak memerlukan pengecekan
yang terlalu sering.
|
Gambar
2.4 Penyetelan Skala nol (0)
2.3 Mengukur Tegangan DC.
Daerah
pengukuran tegangan DC adalah dari 0 – 1000 Volt. Hubungkan kabel pengetesan
(test lead) warna merah keterminal positif tester dan kabel warna hitam ke
terminal negatif tester. Posisikan range selektor pada salah satu daerah DCV
dengan pilihan (0,5, 2,5, 10, 50, 250, 1000, Volt).
Lihat
tebel dibawah.
Range
|
Tegangan
yang dapat di ukur
|
0,5
|
0
– 0,5 Volt.
|
2,5
|
0,5
– 2,5 Volt.
|
10
|
2,5
– 10 Volt.
|
50
|
10
– 50 Volt.
|
250
|
50
– 250 Volt.
|
1000
|
250
– 1000 Volt
|
Pemilihan
range sangat menentukan keakuratan dari hasil pengukuran dan keamanan alat.
Bila range tester terlalu besar dengan tegangan yang diukur akan berakibat
tidak akurat (salah pembacaan). Bila range terlalu kecil dengan tegangan yang
diukur, akan berakibat tester rusak.
Maka
kita harus bisa memperkirakan seberapa besar tegangan yang akan kita ukur. Baru
setelah itu kita posisikan range pada posisi di atas tegangan yang diperkirakan
tadi (tegangan yang mau diukur). Bila kita tidak tahu berapa besar tegangan
yang akan diukur lebih baik kita posisikan range pada posisi yang besar lalu
kalau penunjukkan jarum sedikit (sulit dibaca), maka kita bisa mengurangi
posisi range, begitu seterusnya sampai penunjukkan jarum dapat dibaca dengan
mudah.
Dimana
cara pengukurannya dilakukan dengan memparalel alat ukur dengan beban (tegangan
beban yang mau diukur). Kabel yang berwarna merah dari terminal positif Multi
tester ke terminal positif dari sumber arus dan kabel pengetes berwarna hitam
dari terminal negatif Multi tester dihubungkan ke terminal negatif dari sumber
arus. Selanjutnya bacalah tegangan pada skala DC dengan bantuan tabel dibawah
ini.
Range
position
|
Skala
yang dibaca
|
Hasilnya
kalikan dengan
|
0,5
V
|
50
|
X
0,01
|
2,5
V
|
250
|
X
0,01
|
10
V
|
10
|
X
1
|
50
V
|
50
|
X
1
|
250
V
|
250
|
X
1
|
1000
V
|
10
|
X
100
|
|
|
|||
Gambar 2.5 Posisi
range selektor
Pada DC Volt
|
Gambar 2.6
Pembacaan Skala
|
Contoh
Posisi selektor pada 50V DC
jarum akan menunjukkan posisi 12V DC seperti terlihat pada gambar.
2.4
Mengukur tegangan AC.
Daerah
pengukuran tegangan dari 0 – 1000 Volt, cara pembacaan sama dengan pengukuran
DC Volt, dan kabel pengetesan (tes lead) bisa dibolak balik.Tentukan selektor
pada posisi AC Volt.
Tabel
dibawah ini untuk patokan dalam hal pemilihan Range.
Range
|
Tingkat
keakuratan dan batas max pengukuran
|
10
V
|
0
– 10 V
|
20
V
|
10
– 50 V.
|
250
V
|
50
– 250 V
|
1000
V
|
250
– 1000 V
|
Bila sudah menentukan range pada
posisi AC Volt. Kemudian hubungkan kabel pengukur (test lead) secara paralel
pada bagian yang akan diperiksa dan bacalah skala VAC (ACV) yang ditunjukkan
oleh jarum penunjuk dengan bantuan tabel dibawah ini.
Range
position
|
Skala
yang dibaca
|
Hasilnya
kalikan dengan
|
AC
10 V
|
AC
10 V 10
|
X
1
|
AC
50 V
|
50
|
X
1
|
AC
250 V
|
ACV
250
|
X
1
|
AC
1000 V
|
10
|
X
100
|
|
|
|||
Gambar 2.7 Posisi
range selektor AC Volt
|
Gambar
2.8 Pembacaan Skala AC Volt
|
Contoh :
Pembacaannya adalah 220 Volt
AC, sebab range selektornya di set pada 250 AC Volt.
2.5
Mengukur arus DC.
Untuk Multi tester type tersebut diatas
hanya mempunyai daerah ukur
0-250 mA jadi maksimum pengukuran 250
mA. Supaya bisa dipakai untuk arus yang lebih tinggi digunakan komponen bantu.
2.5.1 Mengukur arus DC dari 0-250 mA.
Setel selektor ke 250 mA DC kemudian
putuskan arus listrik pada titik tertentu pada komponen yang akan kita ukur
(contoh titik positif) lalu hubungkan secara seri dengan Multi tester dengan
cara kabel pengukur yang berwarna merah (dari terminal positif tester) ke
terminal positif sumber arus, dan kabel pengukur yang berwarna hitam (dari
terminal positif tester) ke terminal yang kita putus tadi., Skalanya DCA (ADC)
yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
|
|
Gambar 2.9 Posisi range selektor DC mA
|
Gambar 2.10
Pembacaan skala DC mA
|
Contoh
:
Nilai
pengukurannya adalah 175 mA, sebab selektor disetel pada 250 mA.
2.5.2 Mengukur Arus DC Lebih dari batas ukur.
*
Pengertian dasar.
Alat ukur kumparan putar (Meter Moving
Coil) dipakai untuk mengukur arus dan beda potensial. Arus yang akan diukur
dilewatkan dalam sebuah kumparan yang ditaruh dalam suatu medan magnet.(lihat
gambar 2). Makin besar arus yang lewat kumparan makin banyak kumparan berputar.
Kumparan akan kembali ke posisi nol akibat adanya 2 per halus, yang juga
dihubungkan dengan terminal-terminal. Sebuah jarum penunjuk dipasangkan pada
kumparan putar. Karena arus yang lewat kumparan bertambah maka jarum penunjuk
akan bergerak melewati skala. Gerakkan penunjuk dari skala nol sampai skala
penuh disebut simpangan skala penuh (full scale deflection atau fsd) dari
meter.
Multi meter yang mempunyai kemampuan pengukuran arus kecil
dengan tambahan rasistor shunt atau resistor paralel dapat dipakai untuk aliran
arus yang lebih besar. Sebuah Amper meter yang fsd-nya 250 mA dengan tambahan
resistor shunt akan dapat dipakai untuk arus sampai 2,5 atau bahkan 25 A.
|
Gambar 2.11 Meter kumparan putar.
Pikirkan
rangkaian yang terlihat dalam gambar 2 12
Bila
fsd meter 250 mA dan kita ingin mengukur arus sampai 25000 mA (2,5A), maka
dibutuhkan sebuah resistor shunt. Arus 250 mA akan melewati meter dan sisa
arus 2250 mA (2,25A) akan lewat shunt. Nilai resistor shunt akan menjadi 9
kali lebih kecil dari pada resistor meter, karena shunt membawa arus 9 kali
lebih besar dari pada Amper meter. Misalkan resistor dari Ohm meter (Multi
meter) adalah 10 W,
maka nilai resistor shuntnya adalah
Pembacaan
skala tetap 250 mA (dianggap 2,5 A) simpangan skala penuhnya tetap 250 mA,
supaya dapat dibaca sampai 2,5 A. Multi meter harus dipasang paralel dengan tahanan shunt 1,11 Ohm.
|
Gambar
2 12 .Rasistor shunt dengan Amper meter.
Gambar 2 13 Multi meter dengan resistor shunt.
|
Untuk
catatan bahwa fsd dari multi meter (ohm meter) setiap jenis berbeda, maka
resistor shunt hanya bisa dipakai khusus untuk ohm meter yang sudah diukur fsd
nya
|
Gambar 2.14 resistor shunt hanya bisa dipakai untuk 1 multi
meter.
Contoh
:
Pengukurannya
adalah 2 A, sebab selektor pada 250mA menggunakan resistor shunt (2,5A)
|
Penting.
Sirkuit
tester hanya mempunyai tahanan didalamnya (Internal resistor) yang sangat kecil
untuk mengukur arus listrik. Oleh karena itu sirkuit tester jangan dihubungkan
paralel pada beban saat mengukur arus listrik, karena dapat merusak multi
tester. Begitu juga saat mengukur arus listrik dalam beban besar (melebihi
batas ukur).
|
Gambar 2.15
Penempatan alat ukur yang salah.
2.6
Mengukur Tahanan.
2.6.1
Kalibrasi.
Sebelum mengukur tahanan, pertama kita
harus memutar tombol kalibrasi Ohm, dengan ujung alat ukur dibuat berhubungan
singkat, sampai pembacaan jarum penunjuk pada 0 dalam skala Ohm. Kalibrasi ini
diperlukan setiap kali merubah range.
|
Gambar 2.16 Kalibrasi
Ohm.
2.6.2 Pengukuran
Ada
beberapa tingkat (range) untuk mengukur tahanan (kemampuan pengukuran alat
ukur). Posisi “1K” untuk 1000 W, dengan demikian 10K berarti 1000 W
dan sebagainya. Sebagai patokan bisa melihat tabel dibawah.
Range
|
Tingkat tahanan yang dapat diukur (W)
|
X1.
|
0 s/d 2.000 (2 K).
|
X10.
|
0 s/d 20.000 (20 K).
|
X100.
|
0 s/d 200 K.
|
X1K.
|
0 s/d 2 M.
|
X10K
|
0 s/d 20 M
|
|
||||
|
||||
Gambar
2.17 Posisi range selektor ohm
|
Gambar 2.18
Pembacaan skala ohm
|
Setiap kali kita mengeset range
selektor (tingkat), kita harus mengkalibrasi jarum penunjuk (pointer). Lepaskan
hubungan tegangan (arus) dengan beban yang akan diukur (rangkaian dalam kondisi
off), kemudian hubungkan kedua ujung kabel pengetesan (test lead) pada beban.
(Dihubungkan secara paralel dengan
beban), lalu baca jarum penunjuk (pointer) pada skala W
dan kalikan dengan range (selektor). Kita bisa gunakan tabel dibawah ini.
Range position
|
Skala yang dibaca
|
Hasilnya kalikan dengan
|
X1.
|
W
(Ohm).
|
X1.
|
X10.
|
X10.
|
|
X100.
|
X100.
|
|
X1K.
|
X1000.
|
|
X10
K.
|
X10.000.
|
Contoh.
Nilai
pengukuran adakah 80 W,
sebab range selektor diset pada X10 W
|
|||
2.7
Pengetesan hubungan
Dalam pemeriksaan hubungan kelistrikan,
kita bisa menggunakan Multi meter dalam Ohm, range selektor pada posisi X1.
Kalibrasi skala selalu kita lakukan. Kemudian kita bisa melakukan pengetesan
suatu hubungan, yang berada diantara kabel pengetes (test lead)
Hubungan
akan semakin baik bila jarum menunjuk ke kanan ke arah 0 W
(sesuai dengan keadaan waktu kalibrasi) dan semakin jauh dengan keadaan waktu
kalibrasi (ke kiri), hubungan semakin jelek (ada hambatan).
Penting
Dalam
mengukur tahanan atau pengecekan hubungan hanya boleh dilakukan bila seluruh
hubungan komponen dilepaskan dari arus kelistrikan (open cirkuit). Bila tidak,
arus akan mengalir ke tester dan dapat membakar tahanan koil di dalam alat
ukur.
|
Gambar 2. 19
Pengunaan alat ukur yang salah
2.8 Perawatan Multi Meter.(AVO)
*
Penggantian
Baterai.
Di dalam Multi meter terdapat 2 macam
baterai 1,5V X2 (sum – 3) dan 9V (006P) yang dipakai untuk pengukuran tahanan.
Maka diperlukan penggantian baterai secara berkala. Untuk jelasnya anda bisa
memastikan apakah baterai perlu diganti atau tidak.
Gambar 2.20 Bagian
belakang multi tester
|
*
Cara
Kalibrasi multi meter pada skala 1 X W, bila tidak bisa keposisi O W
maka baterai 1,5V (sum – 3) perlu diganti.
Kalibrasi multi meter pada skala X10KW,
bila tidak bisa keposisi OW
maka baterai 9V (006P) waktunya diganti
Buka baut yang berada pada bagian
belakang multi meter dengan obeng Å, lalu ganti baterai dan letakkan
sesuai polaritasnya. Lihat gambar 2.20.
|
*
Penggantian
sekring.
Semua multi tester dilengkapi sekring, bila ada kesalahan
pengukuran, maka sekring bisa putus,
dengan begitu alat ukur aman. Bila terjadi hal tersebut maka buka tutup bagian
belakang Multi meter lalu ganti sekring sesuai spesifikasi (250V/0,5A). Lokasi
sekring bisa lihat gambar 2.20.
Jangan mengganti sekring dengan spesifikasi yang tidak tepat
karena dapat merusak alat ukur kalau terjadi salah pengukuran.
*
Penyimpanan
Multi Meter.
Bila
multi meter selesai dipakai simpan pada posisi range selektor off, bila tidak
ada posisi off, maka posisikan pada skala AC paling besar.
Simpan
pada tempat khusus jangan dicampur dengan oli, besi, dan benda-benda keras
lainnya.
Jauhkan
dari magnet karena bisa mempengaruhi alat ukur.
Lembar percobaan / latihan.
1)
Pengukuran tegangan.
*
Lengkapi kalimat dan gambar dibawah.
Tegangan
diukur dengan …………………..dalam satuan……………….
Dalam
gambar diberi simbol
V
|
|
I. Pengukuran tegangan baterai II. Pengukuran tegangan
lampu
*
Lakukan percobaan seperti gambar yang
anda buat.
Perbedaan pengukuran
I – II disebut…………………..
2)
Pengukuran Arus
Lengkapi
kalimat dan gambar dibawah.
Arus
diukur dengan……………………dalam satuan…………………
Dalam
gambar diberi simbol
|
*
|
Berapa
besar arusnya.? Bandingkan dengan pengukuran sebelumnya.
Hasilnya…………………..
Kenapa
begitu…………………………..
Pengukuran
tahanan.
Lengkapi kalimat dibawah.
Tahanan diukur dengan……………………dalam satuan…………………
Dalam gambar diberi simbol…………………
Ohm meter mengukur tahanan
diantara………………….
Dengan sirkuit dalam kondisi………………………
*
Lakukan pengukuran seperti dibawah
|
-
Pengukuran beban tunggal.
-
Hasil ukur…………………..
|
||
|
-
Pengukuran beban……………
-
Hasil ukur…………………..
|
||
|
-
Pengukuran beban………………..
-
Hasil ukur………………….
|
*
Kesimpulan hasil ukur.
…………………………………………..........................................................
………………………………………..............................................................
…………………………………………..........................................................
…………………………………………..........................................................
Lembar
Evaluasi
1)
|
I. ……………………………… II…………………………………
2)
Tentukan alat ukur yang ada pada gambar
dibawah ini dan besaran lampu yang mana yang diukur.
|
I.
……………………………… II…………………………………
3.
Jika arus mengalir melalui tahanan,
maka terjadi tegangan jatuh pada tiap-tiap tahanan.
|
Tentukannlah : tegangan antara titik A
dan kutub positif =……………V
tegangan antara titik B dan kutub
positif = …………..V
tegangan antara titik C dan kutub
positif =…………...V
4.
|
5.
Bagaimana cara menentukan apakah
baterai pada multi meter sudah waktunya ganti. Jelaskan !
Lembar jawaban percobaan / latihan.
1)
Pengukuran tegangan.
*
Lengkapi kalimat dan gambar dibawah.
Tegangan
diukur dengan …Volt meter…..dalam
satuan Volt.
Dalam
gambar diberi simbol
V
|
|
I. Pengukuran tegangan baterai II. Pengukuran tegangan
lampu
*
Lakukan percobaan seperti gambar yang
anda buat.
Perbedaan pengukuran
I – II disebut Kerugian tegangan.(teg.
Jatuh).
2)
Pengukuran Arus
Lengkapi
kalimat dan gambar dibawah.
Arus
diukur dengan…Amper meter…dalam
satuan…Amper…
Dalam
gambar diberi simbol
|
*
|
Berapa
besar arusnya.? Bandingkan dengan pengukuran sebelumnya.
Hasilnya…Sama besarnya…..
Kenapa
begitu Karena amper meter dirangkai secara seri…..
3. Pengukuran tahanan.
Lengkapi kalimat dibawah.
Tahanan diukur dengan…Ohm
meter…dalam satuan…Ohm…
Dalam gambar diberi simbol…………W………
Ohm meter mengukur tahanan diantara…Jepitannya….
Dengan sirkuit dalam kondisi…Terbuka (tidak ada tegangan)……
*
Lakukan pengukuran seperti dibawah
|
-
Pengukuran beban tunggal.
-
Hasil ukur…Sedang………………..
|
||
|
-
Pengukuran beban…Seri……
-
Hasil ukur…Besar (lebih besar dari yang tunggal)…..
|
||
|
-
Pengukuran beban…Pararel…..
-
Hasil ukur…Kecil (lebih kecil dari yang tunggal)……………….
|
*
Kesimpulan hasil ukur.
·
Suatu
tahanan (beban) bila dihubungkan seri akan semakin besar
·
Suatu
tahanan (beban) bila dihubungkan paralel akan semakin kecil
Lembar Jawaban Evaluasi
1)
|
I. …Tegangan
lampu L1…… II…Tegangan lampu L2 dan L3
2)
Tentukan alat ukur yang ada pada gambar
dibawah ini dan besaran lampu yang mana yang diukur.
|
I.
…Arus pada lampu L1…… II…Arus pada lampu L2 dan L3
3)
Jika arus mengalir melalui tahanan,
maka terjadi tegangan jatuh pada tiap-tiap tahanan.
|
Tentukannlah : tegangan antara titik A
dan kutub positif =……4……V
tegangan antara titik B dan kutub
positif = ……8…..V
tegangan antara titik C dan kutub
positif =……0…...V
4)
|
5)
Bagaimana cara menentukan apakah
baterai pada multi meter sudah waktunya ganti. Jelaskan !
Jawab
Lakukan
langkah kalibrasi pada skala 1 X W, bila tidak mau ke posisi nol maka
baterai 1,5 Volt X 2 waktunya ganti (habis).
Lakukan
langkah kalibrasi pada skala 10 K W, bila tidak mau ke posisi nol maka
baterai 9 volt waktunya ganti (habis).
KEGIATAN BELAJAR
3.
MENGGUNAKAN DWELL
METER DAN TACHOMETER
SERTA CARA
MERAWATNYA
Tujuan khusus pembelajaran.
Setelah selesai mempelajari modul
kegiatan 3 ini diharapkan siswa / pembaca dapat :
-
Mempergunakan dwell meter untuk
mengukur sudut dwell mesin bensin.
-
Mempergunakan tachometer untuk mengukur
putaran mesin bensin.
-
Mengerti teknik-teknik perawatan dwell
dan tachometer.
Uraian Materi.
Dwell meter digunakan untuk mengukur
sudut dwell (sudut menutup dari cam breaker point / platina), untuk motor
dengan pengapia Konvensional atau secara umum bisa kita bilang bahwa sudut
dwell adalah sudut dimana besarnya atau
lamanya arus primer mengalir.
Tachometer digunakan untuk mengukur putaran (Rpm) mesin
bensin.
Dwell meter dan Tachometer biasanya
dibangun dalam 1 unit bisa digunakan untuk 2 macam pengukuran. Dipasaran banyak
sekali macamnya tetapi prinsip pengoperasiannya hampir sama semua. Dalam modul
ini diambil 1 contoh merk “Pocket Motor Tester” dari Bosch bahkan merk ini bisa
digunakan untuk 4 pengukuran (putaran, sudut dwell,, tegangan, dan tahanan), di
sini hanya akan dibahas Rpm dalam dwell karena tegangan dan tahanan sudah
dibahas di depan (kegiatan belajar 2 )
Dalam “Pocket Motor Tester” pengukuran putaran terdiri dari
2 tingkat putaran yaitu 0-1600 Rpm dan 0-8000 Rpm. Pengukuran sudut dwell bisa sampai 80% dari sudut pengapian.
Di sini hanya akan dibahas cara pengoperasian dan cara
pembacaan hasil ukur. Untuk mendapatkan pengukuran yang tepat harus
membandingkan dengan ukuran yang nominal. Ukuran tersebut dapat kita lihat dari
buku manual atau buku data dari mobil tersebut.
2.1
Kontruksi alat ukur.
Gambar 3.1 Alat ukur.
|
Keterangan.
1
Kabel pengetes.
Jepit kuning (terminal 15 (+) ).
Jepit hijau (terminal 1 (-) ).
2
Skala pengukuran.
0-8 untuk Rpm X
1000 dan % X 10.
0-16 untuk Rpm X 100.
3
Batas ukur dan sklar pemindah ukuran.
4
Sklar pemindah untuk jumlah silinder.
5
Tabel konversi sudut dwell (% ke o ).
6
Tutup baterai.
7
Skrup penyetel skala nol.
|
2.2
Pemeriksaan dan penyetelan skala nol (0).
Sebelum menggunakan alat ukur anda
harus pastikan bahwa jarum penunjuk ada dibagian garis ujung sebelah kiri pada
skala, bila tidak. Putarlah skrup penyetel jarum penunjuk (gambar 31 bagian no
7) dengan sebuah obeng sampai jarum penunjuk tepat pada nol (garis ujung
sebelah kiri).
Sekali anda melakukan penyetelan, anda
tidak memerlukan pengecekan yang terlalu sering.
2.3
Pengukuran putaran mesin (Rpm).
Daerah
pengukuran putaran ada 2 macam yaitu 0-1600 Rpm dan 0-8000 Rpm.
|
Cara
pengukuran
*
Hubungkan kabel pengetes (test lead) warna kuning (15) ke positif coil dan kabel warna
hijau (1) ke negatif coil.
|
*
Set jumlah silinder mesin dengan
memposisikan sklar jumlah silinder sesuai dengan jumlah silinder mesin
tersebut.
|
Untuk
mesin dengan jumlah silinder 4
|
||||||
|
Untuk
mesin dengan jumlah silinder 6
|
||||||
|
Untuk
mesin dengan jumlah silinder 8
|
*
Pilih range selektor switch pada posisi
dibawah.
|
Posisi
pengukuran putaran maksimum 8000 rpm.
|
|
Posisi
pengukuran putaran maksimum 1600 rpm.
|
*
Baca putaran mesin pada skala
pengukuran.
|
1)
Untuk range selektor 8000 Rpm hasil
penunjukan jarum X 1000 .
Misal
: 6 Õ Rpm = 6 X 1000 = 6000 Rpm
2)
Untuk range selektor 1600 Rpm hasil
penujukan jarum X 100.
Misal
: 14 Õ Rpm = 14 X 100 = 1400 Rpm.
|
Contoh
Putarannya adalah 2500 rpm karena range
selektor diset pada 8000 rpm
|
2.4 Pengukuran untuk
jumlah silinder dan sistem pengapian lain.
Untuk mesin dengan jumlah silinder selain 4,6 dan 8 atau
dengan type system pengapian lain, bisa juga kita lakukan pengukuran dengan
alat ukur yang sama perhatikan
keterangan dibawah.
Dalam mesin 4 tak, 4 silinder dalam 1 putaran terdapat 2X
ledakan,.6 silinder ada 3X ledakan, 8 silinder ada 4X ledakan dan seterusnya.
Bagaimana dengan mesin 2 tak ?, 2 silinder ?, 3 silinder ?.
Tabel dibawah untuk bantuan cara
pembacaan dan pemilihan saklar jumlah silinder untuk jenis mesin khusus.
Type mesin
|
System pengapian
|
Pemakaian selektor silinder
|
Pembacaan
|
Dua langkah
2 dan 3 silinder
|
Tampa distributor dan 1 coil tiap silinder
|
4 Cyl
|
2X
|
2 silinder
|
Dengan distributor dan 1 coil pengapian
|
4 Cyl
|
1X
|
Empat langkah 2 silinder
|
Dengan dua coil pengapian
|
4 Cyl
|
2X
|
2 Silinder
|
Dengan distributor dan 1 coil pengapian
|
4 Cyl
|
2X
|
6 silinder
|
Dengan distributor dan 2 coil pengapian
|
6 Cyl
|
2X
|
Contoh.
Mesin
6 silinder memakai distributor dengan 2 koil pengapian
|
Pemilihan
silinder pada 6 cyl
|
|
Hasil
ukur dikalikan 2 2 ,5 X 1000 = 2500
2500 X 2 = 5000 Rpm
Putarannya adalah 5000 Rpm
2.5 Pengukuran sudut Dwell.
Daerah pengukuran dalam % maximum
pengukuran 80% dari derajat pengapian.
Cara
penempatan kabel tes sama dengan pengukuran putaran, begitu juga untuk saklar
pemilihan jumlah silinder, hanya anda cukup merubah saklar range pada posisi
80%
|
Posisi
pengukuran dwell
|
Pembacaan
pengukuran pada 0-8.
|
Hasil
pembacaan jarum X 10% derajat pengapian.
Misal
:
terbaca 6 ® 6 X 10 % = 60% sudut pengapian.
|
Bila
dihitung dengan derajat poros cam. Anda tinggal mengkonversikan 60% tersebut
kedalam tabel dibawah ini.
|
Gambar 3.4 Tabel
konversi % ke derajat poros cam
Contoh
:
|
Mesin
dengan 4 silinder 4 tak hasil pengukuran menunjukkan 6 sama dengan 6 X 10% = 60% sudut pengapian.
Dijadikan
derajat
-
Lihat 4 Cyl dalam %
-
60% lurus dengan 540
Maka
sudut dwellnya adalah 540Poros Cam
|
|
Tabel penunjukan 54 ° PK
2.6 Perawatan Dwell
dan Tacho Meter
(Pocket
– Motortester)
*
Dalam Pocket – Motortester ada 4 macam
pengukuran.
Perhatikan dalam pemilihan batas ukur, karena bila keliru akan merusak
alat ukur pada saat pengukuran.
*
Alat ukur tersebut juga digunakan untuk
pengukuran tahanan, maka pemeriksaan dan penggantian baterai juga
diperlukan. Posisi baterai lihat gambar.
|
*
Bila tidak dipakai posisikan alat ukur
pada volt meter atau Rpm meter.
*
Sering kali permasalahan alat ukur pada
kabel yang putus, maka perawatan dan pemeriksaan kabel harus diperhatikan.
*
Jauhkan dari bahan-bahan yang
mengandung magnet, karena dapat merusak / mengacaukan alat ukur.
Lembar
Evaluasi
1.
Bagaimana tahap-tahap pengukuran
putaran motor bensin dengan menggunakan Tachometer ( putaran saat idle ±
750 Rpm ) ?
* ___
* __________________________________________________________
* __________________________________________________________
* __________________________________________________________
2.
|
3.
Seorang mekanik menyetel sudut dwell
mesin 6 silinder sebesar 36 °
poros cam. Di manakah letak
penunjukkannya?
|
4.
Mesin dengan spesifikasi 4 tak 4
silinder dengan sudut dwell 54 ° poros cam. Lengkapilah gambar di bawah
dengan data-data di atas!
|
5.
Apa saja yang perlu diperhatikan dalam
perawatan alat ukur, jelaskan !
* __________________________________________________________
* __________________________________________________________
* __________________________________________________________
* __________________________________________________________
Lembar Jawaban Evaluasi
1.
Bagaimana tahap-tahap pengukuran
putaran motor bensin dengan menggunakan Tachometer ( putaran saat idle ±
750 Rpm ) ?
*
Menghubungkan
kabel alat ukur warna kuning (15) kepositif koil dan warna hijau (1) kenigatif
koil.
*
Set
Jumlah silinder alat ukur sesuai dengan jumlah silinder mesin.
*
Set
range selector ke 1600 Rpm.
*
Lihat
penunjukkan jarum pada skala 16.
2.
|
3.
Seorang mekanik menyetel sudut dwell
mesin 6 silinder sebesar 36 °
poros cam. Di manakah letak
penunjukkannya?
|
36°
= 60 % (tabel)
5.
Mesin dengan spesifikasi 4 tak 4
silinder dengan sudut dwell 54 ° poros cam. Lengkapilah gambar di bawah
dengan data-data di atas!
|
6.
Apa saja yang perlu diperhatikan dalam
perawatan alat ukur, jelaskan !
*
Cara
pemilihan range selector harus tepat dengan yang diukur.
*
Penyimpanan
jauhkan dari magnet.
*
Pengontrolan
keadaan baterai.
KEGIATAN BELAJAR 4
MENGGUNAKAN DAN
MERAWAT TIMING LIGHT.
1. Tujuan khusus pembelajaran.
Setelah selesai mempelajari modul
kegiatan belajar 4 ini diharapkan siswa / pembaca dapat :
-
Mempergunakan Timing Light untuk
memeriksa saat pengapian mesin bensin.
-
Mengerti prinsip-prinsip perawatan
Timing Light.
2. Uraian Materi.
Timing
Light digunakan untuk mengukur saat pengapian (ignition Timing) pada mesin
bensin. Timing Light ditunjukkan (difokuskan) pada tanda timing yang terdapat
pada puli poros engkol, atau pada roda penerus (beberapa kendaraan).
2.1 Tanda Timing
Tanda timing pada umumnya terdapat pada 2 bagian
-
Bagian yang berputar terdapat pada
pulli poros engkol
-
Bagian yang diam terdapat pada blok
mesin
Kedua bagian tanda tersebut akan
bertemu bila kita lihat dengan timing light.
Fungsinya untuk mengetahui pada derajat berapa piston dengan TMA akan
terjadi ledakan.pada silinder 1. Tanda tersebut ada yang terdapat pada pulli
(bagian berputar),dan ada yang terdapat pada bodi mesin (bagian yang diam).
|
Gb.
4.1 Tanda derajat pada pulli
|
|
Gb.
4.2 Tanda derajat pada mesin
|
Ada juga mesin dengan tanda-tanda
derajat (hanya ada dua tanda saja) bila tanda tersebut bergaris berarti piston
pada TMA.
|
Gb.
4.3 Tanda tanpa derajat
|
Untuk jenis tanda tersebut cara
mengetahui derajat pengapian harus menggunakan timing light yang ada pemajuan
derajatnya (yang dapat diatur).
2.2 Macam-macam Timing Light
Dari prinsip kerjanya timing light dapat dibagi dalam 2
kelompok;
*
Timing light jenis biasa ( tanpa
pemajuan derajat pengapian).
Timing light jenis ini bentuknya sederhana, dan penggunaannya mudah,
tetapi hanya bisa digunakan untuk tanda timing yang ada derajatnya saja.
*
Timing light Degrees Advance (dengan
pemajuan derajat pengapian) Timing
light jenis ini dilengkapi dengan pemajuan derajat pengapian. Maka, bila mesin
dengan tanda timing tanpa derajat harus memakai timing ini, tetapi timing light
tersebut bisa juga dipakai untuk semua jenis tanda timing.
|
|||
|
Gb. 4.4 Timing Light Biasa Gb. 4.5 Timing Light Degrees Advance
Karena dalam penggunaan timing light
jenis biasa relativ lebih sederhana, maka dalam pembahasan ini akan difokuskan
pada timing light Degrees Advance atau timing light yang memakai pemajuan
derajat pengapian.
2.3
Kontruksi Timing Light.
|
Keterangan
:
1
Penjepit pick-up induktif pada kabel
busi.
2
Kabel untuk sumber tegangan dengan
jepit buaya ke baterai + dan –
3
Tombol On Timing Light.
4
Pengaturan pemajuan derajat
pengapian.
5
Lensa
|
2.4 Cara Penggunaan
|
*
Pasang jepit buaya merah pada +
baterai jepit buaya hitam ke – baterai
*
Pasang penjepit induktif pick-up pada
kabel busi silinder 1.
*
Setel pengaturan pemajuan pada “O”.
*
Hidupkan mesin putaran idle.
*
Tekan tombol “ON” pada Timing Light
sambil arahkan lensa Timing Light pada tanda timing yang terdapat pada pulli
poros engkol.
|
2.5 Pengaturan Derajat Pengapian
Timing light dengan pemajuan derajat
pengapian bila distel pada posisi 0
(nol), pemakaiannya sama dengan timing light jenis biasa.
|
*
Bila tanda timing segaris dengan
tanda 10 derajat berarti pengapian terjadi pada piston naik 10 derajat
sebelum TMA.
|
|
*
Atur atau putar knob pemajuan pengapian
pada 10 derajat. Maka tanda pada timing akan bergeser kearah 0 (nol) atau
TMA. Bukan berarti pengapian terjadi pada 0 derajat atau pada TMA, tetapi
tetap 10 derajat sebelum TMA, karena knob pemajuan putaran pada 10 derajat
|
Dengan
demikian penentuan derajat pengapian pada mesin tanpa tanda derajat adalah dengan cara memutar knob pemajuan pengapian
sampai tanda timing bertemu. Anda tinggal melihat derajat pada knob timing
tersebut.
|
*
Tanda timing pada pulli dan tanda
pada mesin segaris, pada timing light menunjuk pada 15 derajat. Berarti
pengapian pada 15 derajat sebelum piston ke TMA.
|
2.6 Perawatan Timing Light
*
Timing light memerlukan sumber
tegangan. Maka, perhatikan tegangan pada alat ukur harus sama
dengan tegangan sumber.
*
Terjadinya nyala lampu (blitz) pada
timing light karena adanya induksi yang terjadi pada pick – up induktif oleh
arus yang mengalir pada kabel busi. Maka klem pada pick – up induktif harus
sering dibersihkan.
|
Tempat
yang harus dibersihkan
|
*
Sering terjadi gangguan pada timing
light karena kabel yang tidak beres (putus), lakukan pengecekan pada kabel yang
ke sumber baterai dan kabel tegangan tinggi yang ke silinder 1.
*
Bila perlu anda bisa melihat ke bagian
dalam dari timing light.
|
*
Buka tutup timing light
*
Lakukan prosedur pembongkaran yang
tepat (lihat gambar)
|
|
*
Hindari hal-hal yang dapat merusak
bagian timing light.
*
Bagian lampu strobo sering kali rusak
/ habis gasnya (ganti)
|
Lembar Evaluasi
1.
Berapa derajat pengapiannya pada gambar
di bawah ini?
|
2.
Posisikan knob pada timing light, bila
pengapian motor 17°
Poros Engkol!
|
3. Jelaskan kenapa pick-up induktif
pada timing light harus dalam kondisi kering dan bersih ?
* __________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
Lembar Jawaban Evaluasi
1.
Berapa derajat pengapiannya pada gambar
di bawah ini?
|
*
Pada
knob pemajuan pengapian 10 °
*
Pada
tanda timing 10 °
Ö
Maka
pengapiannya
Adalah
20° poros engkol sebelum TMA.
2.
Posisikan knob pada timing light, bila
pengapian motor 17°
Poros Engkol!
|
3.
Jelaskan kenapa pick-up induktif pada timing light harus dalam kondisi
kering dan bersih ?
* Karena bekerjanya lampu timing light berdasar
sinyal yang diberikan pick-up induktif , maka bila tidak bersih dan kering akan
terganggu nyala blitznya.______________
UMPAN BALIK
DAFTAR PUSTAKA
1. Toyota
Astra Motor Training Center, NEW STEP (Training manual), PT Toyota Astra,
jakarta, 1996.
2. Peter
A. Weller, Fanckunde Kraftahrtechnik, (Holland + Josenhans, Verlaq, posttach
518, 7000), Stuttgart 1, 1985.
3. Iqnatius
Hartono, Pengantar ilmu Tehnik Elektronika, PT Gramedia, Jakarta, 1988.
4. Davis
N. Daler and Frank J. Thienssen, Automotive Electronics and Performance,
Englewood Cliffs, New Jersey, 1995.
5. Sunpro,
Action Manufacturing Co. 999, Walford Avenve Cleveland, Ohio, 1991.
6. Robert
BOSCH GMBH D-7000, Pocket – Motor tester, Stuffgart 1, Postfach 50.
7. Sanwa
Electric Instrument Co.LTD, Instruction Manual Sanwa (Multi terster), Chiyoda –
ku, Tokyo – Japan.
No comments:
Post a Comment